Semangat
Semangat bukanlah hanya sekedar kata-kata ’semangat’ saja, yang diucapkan dengan begitu keras dari mulut. Terlalu sempit juga rasanya memaknai semangat dengan keaktifan dan gerak saja. Apalagi mendefinisikannya hanya sebatas kekuatan bekerja dalam waktu yang panjang, sangat sulit untuk bisa dipahami. Sesungguhnya yang dikatakan semangat lebih dari itu semua, lebih dari sekedar kata-kata yang membakar, gerak yang merubah dan energi yang tak kunjung habis.Kalaulah semangat hanya diartikan sedemikian, maka bahasa apa yang patut kita sematkan di diri Almarhum Syeikh Ahmad Yassin, lelaki tua itu tiadalah memiliki fisik yang kuat, ia duduk di kursi roda, tiada banyak gerak yang dilakukan, begitu lemah. Maka apakah karena kondisi yang seperti itu, ia disebut tidak bersemangat? Salah, ia sangat bersemangat, semangat yang tidak hanya untuk dirinya, tetapi juga mampu terpancar bagi mereka yang berada di sekitarnya.
Itulah sejatinya semangat, karakter para perindu surga, orang-orang yang selalu bersegera untuk tunaikan seluruh amanah yang di pikulkan di pundaknya. satu energi yang terhimpun dari kuatnya ruhiyah.
Maka tidak akan ada kekecewaan dalam diri orang-orang yang bersemangat,karena ia tahu kemana harus patrikan tujuan dari seluruh aktivitasnya. Bukan kepada sesiapa, tapi semua terpatri untuk Allah saja, seluruh orientasi aktivitas dan hidupnya berpusar pada satu
orbit; Allah.
Sehingga lingkaran semangat inipun terpancar juga ke saudara-saudara yang lain, hingga pusaran kebaikan tidak hanya berputar di dalam lingkaran yang kecil, tetapi beredar dalam lingkaran besar dan dapat dirasakan semua.
Bersahabat
Sejatinya memang haruslah demikian. Namun faktanya berbeda, ketika ia harus berbenturan dengan ideologi yang memang bertentangan nilai-nilai asasi dalam aqidah, maka rasanya sulit sebuah persahabatan akan dibangun. Karena memang haq dan batil tidak bisa disatukan, dan akan selamanya menjadi pertarungan abadi sampai akhir zaman. Pertanyaannya adalah bagaimana kita harus membangun persahabatan yang ternyata jelas-jelas dengan orang yang konon menjadikan akal sebagai dalilnya, yang hatinya telah keras terhadap sentuhan al-qur’an, apalagi yang mejadikan aktivis muslim sebagai musuh bersamanya. Dan ini yang memang sulit... Dan ini pula, Da’walah yang harus menjadi panglima kita, meyadarkan mereka untuk kembali kepada Addin yang hanif.
keputusan syuro?, apa itu ta’limat? dllnya. Usia tarbiyah tidak berbanding lurus dengan kepemahaman terhadap da’wah ini (memang ini bukanlah sebuah jaminan)
Dimulai dari berlapang dada hingga sikap endahulukan saudara, disanalah ukhuwah yang indah tertata, maka kita ingin indahnya ukhuwah dan islam dapat dirasakan oleh seluruh saudara kita. Bersahabat artinya memberi lebih banyak dan bukan tuntutan untuk meminta.
Rasulullah SAW akan selalu menjadi contoh, bagaimana ia mampu bersahabat, menjadi sahabat terbaik bagi orang-orang yang berada di sekelilingnya. Yang selalu mengharapkan kebaikan bagi saudara-saudaranya.
Titik bukanlah selalu akhir,tergantung dari sudut mana kita memandang. Ia adalah pertanda dan awal dari di mulainya kalimat baru. Begitu juga dengan titik ujung sesungguhnya ia juga bukanlah akhir. Tetapi sekedar jenak istirahat untuk melanjutkan perjalanan dan tugas baru yang lebih berat.
Lanjutkan perjalanan menuju titik berikutnya dengan SEMANGAT dan BERSAHABAT.
oleh : Anas (setelah proses editing)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar